Pemerintahan
Struktur Organisasi
Info Geografis
Kecamatan Kedungbanteng memiliki wilayah yang terdiri dari daratan bukan pesisir, dengan kemiringan datar. Luas Kecamatan Kedungbanteng adalah 8.762.984 hektar terdiri dari 84,00% merupakan lahan kering yaitu seluas 7.367.064 hektar, sementara lahan sawah ber-irigasi besarannya dari tahun ke tahun mengalami penurunan yaitu pada tahun 2020 seluas 1.395.926 hektar. Dari Luas lahan sawah tersebut 1.181.339 hektar diantaranya merupakan lahan sawah beririgasi teknis dan 213.587 hektar lainnya merupakan sawah tadah hujan.Sedangkan lahan kering terdiri dari 322.080 hektar merupakan bangunan dan pekarangan, dan 1.224.540 hektar digunakan untuk tegal/kebun. Batas-batas Kecamatan Kedungbanteng sbb : Sebelah utara : Kecamatan Suradadi Sebelah Timur : Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Warureja Sebelah Selatan : Kecamatan Kedungbanteng Sebelah Barat : Kecamatan Pangkah, Kecamatan Tarub.
Curah hujan pada 2021 dari Januari sampai dengan Desember memiliki jumlah curah hujan sangat beragam. curah hujan tertinggi pada bulan Februari 479,7 mm dengan hari hujan 22 HH. Sebagai kawasan perkotaan Kecamatan Kedungbanteng mengalami dampak pemanasan global dengan suhu udara berkisar 19 - 24 derajat celcius. Wilayah Kecamatan Kedungbanteng berada + 7 km di sebelah utara ibukota Kabupaten Tegal. Merupakan dataran rendah terdiri dari 10 desa dengan jarak terjauh sekitar 30 km dari desa Semedo di sebelah timur ke desa Penujah di bagian barat daya wilayah Kecamatan ini.
Potensi Wilayah
- 1. DTW Waduk Cacaban
Waduk Cacaban merupakan salah satu objek wisata berupa waduk / bendungan di Desa Penujah yang juga berfungsi untuk mengairi sawah-sawah di sekitarnya. Jika anda penggemar hobi fotografi tempat ini juga sangat bagus apabila dijadikan sebagai objek fotografi anda. Oleh karena itu jangan sampai lupa, ajak komunitas fotografi anda untuk hunting foto di Tirta Waduk Cacaban Tegal Jawa Tengah ini. Pemandangan yang sangat bagus tentu saja pada saat sunrise. Sebagai pelengkap di lokasi wisata Tirta Waduk Cacaban juga telah berdiri beberapa warung apung yang menjajakan berbagai menu masakan ikan air tawar. Jadi jangan khawatir apabila anda lapar saat berkunjung ke wisata ini. Disamping rasanya yang nikmat pemandangan dari atas warung apung ini juga sangat indah dan unik.
- 2. Situs Purbakala Semedo
Situs Semedo berada di Desa Semedo. Cagar budaya yang membentang di areal Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Pemalang itu ditemukan sejak 2005. Sedikitnya ada tiga fosil penting dari Situs Semedo yang dinilai telah membuka cakrawala baru bagi penelitian prasejarah. Penemu Situs Semedo ini adalah Pak Dakri, warga Desa Semedo yang mulai mengumpulkan fosil-fosil dari Bukit Semedo (148m, koordinat -6.958386, 109.282053) sejak tahun 2003 dalam keadaan tergeletak begitu saja di atas tanah, tanpa adanya proses penggalian. Beliau mengumpulkan satu persatu fosil tersebut dan menyimpannya di rumah beliau. Sehingga rumah beliau menjadi museum sederhana bagi fosil-fosil Semedo tersebut.
Binatang-binatang seperti Mastodon sp. (gajah purba), Stegodon sp. (gajah purba), Elephas sp. (gajah purba), Rhinoceros sp. (badak), Hippopotamus sp. (kuda nil), Cervidas (jenis rusa), Suidae (jenis babi), Bovidae (sapi, kerbau, banteng), dll ini pernah hidup di antara 1,2-0,4 juta tahun yang lalu di Semedo. Di Semedo ditemukan kepingan tengkorak manusia purba Homo Erectus yang membuka cakrawala baru mengenai penyebaran Homo Erectus di Pulau Jawa yang menurut peneliti dari tim ahli Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, fosil tersebut berusia sekitar 700.000 tahun lalu pada kala pleistosen tengah. Selain fosil, diketemukan juga seperti kapak penetak (chopping tool), serpih (flake), serut (scrapper), tatal/limbah (debris), sedangkan batu yang digunakan sebagai alat, antara lain jenis batu rijang (chert), batu gamping kersikan (silisifide limestone) dan batu kalsedon.